Skip to main content
x

6 Faktor Konsumsi Masyarakat Adat Sunda untuk Kesehatan dan Kebugaran

JEJAKVIRAL- Pola konsumsi dalam masyarakat adat Sunda  untuk  memenuhi segala kebutuhan hidupnya itu ternyata dipengaruhi oleh 6 faktor.

"Ada 6 faktor yang menentukan pola konsumsi  masyarakat tradisi Sunda dalam memenuhi asupan nutrisi dan gizinya," papar Dr Riadi Darwis, Dosen Politeknik Pariwisata NHI Bandung dalam webinar yang dikutip dari akun YouTube IWTIF pada Rabu (30/4/2025).

Pertama, faktor pribadi.  Faktor  pribadi ini dipengaruhi oleh  kebiasaan. Misalnya dengan tradisi yang dijalankan oleh yang bersangkutan. 

"Dia bisa saja menjalankan  puasa  ataupun sahur dalam tatanan masyarakat muslim," ujarnya.

Kedua, gaya hidup. Gaya hidup ini berkaitan dengan  cara dia  memandang kehidupan,  memandang makanan dan minuman dalam keseharian.

"Itu juga sangat dipengaruhi oleh pola pikir yang ada di dalam diri manusia Sunda," katanya.

Ketiga,  pola konsumsi makanan tersebut juga sangat dipengaruhi oleh adanya strata sosial.

"Misalnya masyarakat adat Sunda yang tinggal  di wilayah pedesaan, perkotaan kemudian ada kalangan sosial.  Kalangan sosial ini terdiri dari kalangan menengah, kalangan sosial atas, rakyat biasa, bangsawan maupun para penguasa," jelasnya.

Kemudian, sambung Dr Riadi, di sisi aspek agama ataupun kepercayaan ataupun ajaran  juga sangat besar pengaruhnya.

Keempat, pola konsumsi pangan pun ini sangat dipengaruhi oleh faktor musim.

"Kita tahu bahwa kita mengenal musim kemarau, musim penghujan, musim  tanam maupun pertanian. Dan itu juga sangat mempengaruhi terhadap ketersediaan pangan yang akan dikonsumsi oleh masyarakat," jelasnya. 

Kelima,  dipengaruhi oleh faktor tempat. Masyarakat yang tinggal di dataran tinggi tentu akan berbeda dengan masyarakat yang menghuni dataran rendah.

"Karena mungkin ada beberapa hal. Misalnya ada ketersediaan bahan-bahan pangan yang ada di tebing. Ada mata air, kebun, bukit, sawah, ladang, cekungan, danau dan sebagainya.Nah itu juga merupakan lahan-lahan tempat ketersediaan bahan pangan yang disediakan alam untuk kita selaku manusia Sunda," paparnya.

Keenam,  terkait dengan masalah waktu. Kapan masyarakat  Sunda mengonsumsi pangannya ada tradisinya.

"Kalau  di masyarakat modern kita mengenal ada istilahnya makan pagi ada makan siang, makan malam dan sebagainya. Tentu ini berbeda dengan tradisi masyarakat Sunda," tandasnya.

Untuk bahan baku rujak, misalnya, Dr Riadi menyebutkan  ada sekitar 368 jenis. Ke 368   jenis  rujak ini menjadi salah satu bagian pelengkap di dalam menu makanan masyarakat.

Sementara dalam  tradisi sambal yang berhasil ia inventarisir itu ada kurang lebih sekitar 100 jenis.

"Kemudian ada teknik yaitu kalau dalam bahasa Indonesia mungkin istilahnya adalah sirip pinang yang sudah diisi lengkap dengan bumbu-bumbu dan siap untuk dikonsumsi," tandasnya.

 

 

Daerah